Ads

Saturday, 26 May 2018

Peristiwa Heroik Di Purwodadi

PERISTIWA HEROIK DI PURWODADI.

Oleh : Mbah Bedjo
Pada tanggal 17 Agustus 1945, Negara Republik Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Tetapi belum genap setahun merdeka, tentara Belanda yang membonceng Sekutu datang ke Indonesia. Dengan alasan akan melucuti tentara Jepang yang kalah perang, mereka melakukan penyerangan dan menduduki daerah-daerah penting. Tentu saja tujuan mereka ingin menguasai lagi bekas daerah jajahan, yang banyak menguntungkan bagi negara Belanda . Tentara Badan Keamanan rakyat (BKR) yang baru saja dibentuk, tidak rela tanah airnya akan direbut kembali oleh penjajah. Peperangan sengit terjadi di berbagai daerah, yang juga terjadi di Purwodadi yang menjadi pusat pemerintahan Kabupaten Grobogan. Pada akhir tahun 1946, BKR yang anggotanya kebanyakan terdiri dari Tentara Pelajar (TP) dan para Lasykar Djawatan Kereta Api (DKA), mendengar kabar kalau tentara Belanda akan menyerang kota Purwodadi. Mereka melakukan pencegatan konvoi tentara Belanda di daerah Kuripan, yang terletak di sebelah barat Purwodadi. Melihat tentara dan lasykar Indonesia yang cukup kuat, tentara Belanda minta bantuan pesawat tempur dari Semarang, untuk melakukan penyerangan dari udara. Dengan adanya serangan dari pesawat tempur Belanda, tentara RI menjadi kalang kabut dan mundur di sebelah timur sungai dan jembatan yang terletak di sebelah barat pasar Purwodadi. Karena kalah persenjataan tentara RI mundur, dan bertahan di kerkof (Selatan stasiun Purwodadi-red). Serangan yang dilakukan oleh tentara Belanda, banyak menimbulkan korban pada BKR dan lasykar DKA. Mayat pejuang bergelimpangan di dekat jembatan barat pasar Purwodadi, seputaran stasiun Purwodadi, kerkof dan pertigaan dekat kantor Kabupaten Grobogan. Tentara Belanda juga melakukan pengeboman kantor pemerintahan Kabupaten, yang membuat gedung itu luluh lantak. (Keterangan : gedung tersebut terletak di sebelah barat gedung utama pemerintah Kabupaten, yang sekarang menjadi kantor wakil Bupati). Setelah perang selesai, masyarakat Purwodadi memakamkan para korban di Banyuono. Adapun korban luka dibawa ke Rumah Sakit Purwodadi, yang tentu saja mengaku sebagai masyarakat biasa korban perang. Menurut cerita untuk para Tentara Pelajar yang gugur, masih berusia antara umur 15 sampai 17 tahun. Sedangkan kebanyakan pejuang yang gugur, adalah dari Lasykar Djawatan Kereta Api. KANTOR KABUPATEN GROBOGAN DIPINDAHKAN. Melihat kantor Kabupaten menjadi sasaran serangan Belanda, R. Kaseno yang menjabat Bupati secara diam-diam memindahkan kantor pemerintahan Kabupaten ke Onder Distrik Kradenan. Adapun rumah yang dijadikan sebagai kantor Kabupaten Grobogan, terletak di desa Kalisari atau tepatnya sebelah barat kantor Kecamatan Kradenan sekarang ini. Dari informasi mata-mata, tentara Belanda tahu bahwa kantor pemerintahan Grobogan dipindahkan ke Onder Distri Kradenan. Rencana penghancuran kantor pemerintahan kabupaten Grobogan terus dilakukan, dan pada tanggal 1 Februari 1947 dilakukan penyerangan melalui udara. Tetapi pesawat terbang Belanda keliru dalam penyerangan, sehingga seputaran stasiun Kradenan yang menjadi sasaran peluru dan bom. Masyarakat umum menjadi korban, dan mayat bergelimpangan di sekitar stasiun atau tepatnya di pertigaan jurusan dukuh Wates/Kradenan. Untuk mengenang peristiwa itu, masyarakat Kradenan mendirikan tugu bom di utara stasiun Kradenan, dan tugu Peringatan di pertigaan jurusan ke dukuh Wates/Kradenan. Adapun untuk mengenang peristiwa heroik di Purwodadi dan untuk mengenang para pahlawan Djawatan Kereta Api (DKA), pada tahun 1950 pihak DKA membuat tugu pahlawan. Tugu tersebut berada di suatu taman, yang terletak di depan perumahan DKA atau yang sekarang berada di depan kantor BPD Purwodadi.

No comments:

Post a Comment